Senin, 02 November 2009

Moving Class: dari Oase ke Oase

Mulai tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 3 Semarang (Smaga) menerapkan sistem moving class. Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Hanya, besok para siswa tidak lagi memiliki kelas, setiap ganti pelajaran mereka bergerak, berpindah kelas. Label kelas sesuai dengan mata pelajaran, jadi ada kelas kimia, kelas matematika, kelas bahasa indonesia, dsb. Persiapan pun dilakukan. Walaupun belum ideal, jumlah ruang kelas cukup, jadwal sudah dibuat, loker siswa sambil jalan dilengkapi, OSIS-MPK-PK telah dikumpulkan untuk menerima sosialisasi, guru pun siap. Lantas, mengapakah terasa seperti masih ada kegagapan? Mungkinkah ini sebatas kegagapan wajar bagi orang yang menapaki trap-trap baru?

Memang dalam penerapan sistem baru tersebut, yang tampak sekali berbeda adalah perubahan secara fisikal. Namun, yang lebih dari itu sebenarnya adalah terjadinya perubahan budaya. Ada sikap-sikap yang mesti diset kembali agar tidak memunculkan kegagapan. Pada saat langkah para siswa mengayun dari kelas ke kelas itu sejatinya tidak jauh berbeda dari ayunan langkah kaki para musafir di tengah padang pasir. Mereka bergerak dari oase ke oase berburu kesegaran. Ada sentuhan pergerakan batin yang ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar